Pada periode tertentu, guru pernah
menjadi profesi rendahan di negara ini. Hanya sedikit orang yang mau menggeluti
profesi ini. Mahasiswa jurusan
kependidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) pun banyak yang
malu mengakui dirinya calon guru.
Kondisi psikologis ini tentu saja
bisa dimengerti. Sebab, hingga akhir tahun 90-an kesejahteraan guru masih kalah
jauh dibandingkan dengan profesi lain. Selain itu, bergaul dengan anak-anak
dianggap sebagai kegiatan yang tidak keren. Berbeda dengan tentara yang gagah,
profesi guru dianggap profesi orang dengan bakat semenjana.
Namun, anggapan itu ternyata
keliru. Mendidik anak-anak adalah keterampilan professional yang memerlukan
keahlian tingkat tinggi. Menjadi guru adalah “membangun” masa depan seorang
manusia. Oleh karena itu, profesi ini sangat penting bagi individu, masyarakat,
bahkan negara. Selain itu, ada 15 alasan guru tetap mnjadi profesi yang patut
dibanggakan.
1. Dimensi Spiritual
Kewajiban mengajar adalah
kewajiban yang diberikan Tuhan kepada semua manusia dewasa, terutama orang tua.
Bagi orang tua, mengajar anak-anak sama wajibnya dengan member anama yang baik
dan menikahkan.
Pilihan menjadi guru adalah
pilihan untuk menjalankan perintah Tuhan. Jika diawali niat baik, pekerjaan
sebagai guru akan selalu mendatangkan pahala.
2. Montir Peradaban
Kalau mobil rusak, montir akan
memperbaikinya dengan cepat. Tapi, bagaimana jika yang rusak adalah mentalitas
sebuah bangsa? Banyak orang percaya, mentalitas sebuah bangsa dapat dibangun
melalui pendidikan. Pendidikan yang baik, tentu saja.
Konon, ketika negaranya porak
poranda setelah dibom oleh Amerika, pertanyaan yang mula-mula meluncur dari
mulut Kaisar Hirohito adalah “Berapa guru yang masih hidup?” Kaisar tidak
mempermasalahkan berapa banyak bangunan yang hancur. Ia tidak mempertanykan
instalasii militer yang porak-poranda. Bagi dia, selama masih ada guru,
peradaban sebagai sebuah bangsa bisa dibangun kembali.
3. Pendiri Bangsa adalah Guru
Dari sekian banyak tokoh yang
berkontribusi mendirikan negara
Indonesia, sejumlah guru memberikan kontribusi yang sangat besar. Ki Hajar
Dewantara, misalnya, adalah orang pribumi pertama yang memopulerkan nama
Indonesia. Pada tahun 1913, ia mendirikan Indonesia Perss Beureu di Belanda. Ki
Hajar adalah guru sejati, pendiri Taman Siswa, sekaligus peletak konsep-konsep
dasar pendidikan Indonesia.
Tokoh nasional lain, meski lebih
populer disebut sebagai insinyur, juga seorang guru. Soekarno. Saat ia dibuang
di Ende, ia mengajari anak-anak setempat. Hal yang sama dia lakukan ketika ia
diasingkan ke Bengkulu. Tampaknya, pria necis ini sadar betul, pendidikan
adalah alat yang efektif untuk menyukseskan revolusi Indonesia.
Tokoh kiri yang fenomenal, Tan
Malaka, juga seroang guru. Ia mendirikan Sekolah Rakyat. Ia menjadi pengajar
utama di sekolah ini. Melalui SR, ia menyeberluaskan gagasan patritoik yang
menyulut perlawanan terhadap penjajah. Dengan mengajar, Tan Malaka berupaya
menggugah kesadaran rakyat bahwa menjadi bangsa terjajah bukan takdir. Dengan
mengajar Tan membumbungkan cita-cita bangsa bahwa kemerdekaan bisa diraih
dengan perjuangan.
4. Hubungan Batin
Seorang arsitek mungkin akan sangat
membanggakan bangunan supercanggih yang dirancangnya. Tapi, dia tidak akan bisa
membangun hubungan batin dengan bangunan itu.
Bagi guru, hubungannya dengan
siswa bukanlah semata-mata hubungan professional. Di antara mereka selalu
terjalin hubungan batin. Dari hubungan itulah kasih sayang tumbuh. Maka tidak
heran kalau perjumpaan dengan guru selalu emosional.
5. Memperluas Persahabatan
Menjadi guru berarti menjadi
sahabat anak. Dengan begitu, jaringan persahabatan seroang guru akan terus
meluas dari waktu ke waktu. Saat salah satu sahabat pergi untuk melanjutkan pendidikan,
sahabat lain yang lebih muda datang. Bayangkan, berapa sahabat yang dimiliki
seroang guru yang telah mengajar selama 40 tahun?
6. Update Pengetahuan
Tidak ada guru yang tidak mencintai
pengetahuan. Profesi guru menuntut seseorang harus lelau mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan. Bagi guru sejati, proses belajar berjalan terus menerus. Guru
yang baik dapat memanfaatkan beragam sumber agak pengetahuannya selalu
bertambah.
7. Selalu Muda
Bergaul dengan anak-anak membuat
guru selalu bisa mengamati kegairahan kaum muda. Tiap hari guru milihat
siswanya bermain, tertawa, juga menyaksikan kenakalan-kenakalan mereka. Ini
bisa membuat guru bisa lebih awet muda.
8. Rantai Kebaikan
Selain keterampilan dan
pengetauan, yang selalu diajarkan guru adalah nilai. Ya, nilai kebaikan.
Nilai-nilai inilah yang menyublim dalam diri siswa menjadi prinsip hidup.
Jika nilai yang diajarkan guru
terus diamalkan siswanya, guru selalu berjasa atas tiap kebaikan siswanya. Jika
siswa kemudian menyiarkan kepada orang lain, nilai kebaikan akan terus
memanjang seperti rantai yang tidak pernah putus. Subhanallah.
9. Guru adalah Pembelajar
Sebagai manusia, guru bukan sosok
yang sempurna. Guru memiliki peluang melakukan kekeliruan. Tapi, karena salah
satu tugasnya adalah mengajarkan kebaikan, guru selalu meningkatkan kualitas
diri agar kebaikan yang diajarkannya tercermin dalam tingkah lakunya. Oleh
karena itu, bagi guru, memperbaiki diri adalah keniscayaan. Mengajar adalah
salah satu cara belajar terbaik.
10. Guru Memberi, Bukan Meminta
Ibarat mata air, yang guru lakukan
saat menjalankan tugasnya adalah memberi. Ia senantiasa mengaliri, tanpa harus
meminta. Bagi guru sejati, penghargaan terbesar tidak diperoleh “di sini”,
melainkan “di sana” – kelak.
11. Panjang Umur
Banyak guru kita yang telah
berpulang keharian Tuhan, tapi berkat kebaikannya, ada sejumlah guru yang
senantiasa diingat. Betapa indah membayangkan ada siswa yang menyebut nama kita
dalam setiap doa.
12. Menyalurkan Kreativitas
Lantaran berhadapan dengan
manusia, guru harus selalu berinovasi untuk menemukan strategi pengajaran yang
terbaik. Di sinilah guru ditantang terus menggali kreativitasnya. Kreasi
inovatif terutama diperlukan dalam strategi penyampaian dan pengembangan media
pembelajaran.
13. Paling Bahagia
Sebuah studi yang dirilis
Universitas Chicago menyebutkan, salah satu profesi yang paling membahagiakan
adalah guru. Guru disandingkan dengan misionrais, seniman, dan penulis sebagai
salah satu profesi yang menjanjikan ketenteraman batin. “Profesi mulia ini
adalah posisi ideal yang dibutuhkan seseorang yang ingin mendedikasikan diri
demi masa depan generasi bangsa,” demikian disebutkan dalam laporan itu.
14. Sejahtera Meski Sederhana
Seorang eksekutif mungkin
memerlukan penghasilan di atas 15 juta rupiah agar seluruh kebutuhannya
terpenuhi. Itu pun tidak selalu membuatnya merasa sejahtera. Tapi bagi guru,
penghasilan Rp3 juta sampai Rp5 juta sudah cukup. Indikator sejahtera bagi guru
bukan apartemen, mobil mewah, atau perhiasan, tapi tercukupinya makanan,
sandang, rumah, dan biaya pendidikan bagi anak-anak.
15. Siap Dilupakan
Saat memutuskan jadi guru,
seseroang tidak berharap akan tampil di publik sebagai orang yang berjasa.
Sebaliknya, guru senantiasa berada di belakang panggung. Guru selalu siap
dilupakan jusru saat siswa telah suskses. Guru tidak berharap penghargaan meski
siswanya telah jadi presiden. Dia akan tetap di ruang kelas dan terus
melantunkan doa bagi siswa-siswanya.
Sumber
: portalsemarang.com
No comments:
Post a Comment