Monday, February 2, 2015

15 Alasan Mengapa Profesi Guru Wajib Dibanggakan

Pada periode tertentu, guru pernah menjadi profesi rendahan di negara ini. Hanya sedikit orang yang mau menggeluti profesi ini.  Mahasiswa jurusan kependidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) pun banyak yang malu mengakui dirinya calon guru.

Kondisi psikologis ini tentu saja bisa dimengerti. Sebab, hingga akhir tahun 90-an kesejahteraan guru masih kalah jauh dibandingkan dengan profesi lain. Selain itu, bergaul dengan anak-anak dianggap sebagai kegiatan yang tidak keren. Berbeda dengan tentara yang gagah, profesi guru dianggap profesi orang dengan bakat semenjana.

Namun, anggapan itu ternyata keliru. Mendidik anak-anak adalah keterampilan professional yang memerlukan keahlian tingkat tinggi. Menjadi guru adalah “membangun” masa depan seorang manusia. Oleh karena itu, profesi ini sangat penting bagi individu, masyarakat, bahkan negara. Selain itu, ada 15 alasan guru tetap mnjadi profesi yang patut dibanggakan.


1. Dimensi Spiritual

Kewajiban mengajar adalah kewajiban yang diberikan Tuhan kepada semua manusia dewasa, terutama orang tua. Bagi orang tua, mengajar anak-anak sama wajibnya dengan member anama yang baik dan menikahkan.

Pilihan menjadi guru adalah pilihan untuk menjalankan perintah Tuhan. Jika diawali niat baik, pekerjaan sebagai guru akan selalu mendatangkan pahala.


2. Montir Peradaban

Kalau mobil rusak, montir akan memperbaikinya dengan cepat. Tapi, bagaimana jika yang rusak adalah mentalitas sebuah bangsa? Banyak orang percaya, mentalitas sebuah bangsa dapat dibangun melalui pendidikan. Pendidikan yang baik, tentu saja.

Konon, ketika negaranya porak poranda setelah dibom oleh Amerika, pertanyaan yang mula-mula meluncur dari mulut Kaisar Hirohito adalah “Berapa guru yang masih hidup?” Kaisar tidak mempermasalahkan berapa banyak bangunan yang hancur. Ia tidak mempertanykan instalasii militer yang porak-poranda. Bagi dia, selama masih ada guru, peradaban sebagai sebuah bangsa bisa dibangun kembali.

3. Pendiri Bangsa adalah Guru

Dari sekian banyak tokoh yang berkontribusi  mendirikan negara Indonesia, sejumlah guru memberikan kontribusi yang sangat besar. Ki Hajar Dewantara, misalnya, adalah orang pribumi pertama yang memopulerkan nama Indonesia. Pada tahun 1913, ia mendirikan Indonesia Perss Beureu di Belanda. Ki Hajar adalah guru sejati, pendiri Taman Siswa, sekaligus peletak konsep-konsep dasar pendidikan Indonesia.

Tokoh nasional lain, meski lebih populer disebut sebagai insinyur, juga seorang guru. Soekarno. Saat ia dibuang di Ende, ia mengajari anak-anak setempat. Hal yang sama dia lakukan ketika ia diasingkan ke Bengkulu. Tampaknya, pria necis ini sadar betul, pendidikan adalah alat yang efektif untuk menyukseskan revolusi Indonesia.

Tokoh kiri yang fenomenal, Tan Malaka, juga seroang guru. Ia mendirikan Sekolah Rakyat. Ia menjadi pengajar utama di sekolah ini. Melalui SR, ia menyeberluaskan gagasan patritoik yang menyulut perlawanan terhadap penjajah. Dengan mengajar, Tan Malaka berupaya menggugah kesadaran rakyat bahwa menjadi bangsa terjajah bukan takdir. Dengan mengajar Tan membumbungkan cita-cita bangsa bahwa kemerdekaan bisa diraih dengan perjuangan.

4. Hubungan Batin

 Seorang arsitek mungkin akan sangat membanggakan bangunan supercanggih yang dirancangnya. Tapi, dia tidak akan bisa membangun hubungan batin dengan bangunan itu.

Bagi guru, hubungannya dengan siswa bukanlah semata-mata hubungan professional. Di antara mereka selalu terjalin hubungan batin. Dari hubungan itulah kasih sayang tumbuh. Maka tidak heran kalau perjumpaan dengan guru selalu emosional.

5. Memperluas Persahabatan

Menjadi guru berarti menjadi sahabat anak. Dengan begitu, jaringan persahabatan seroang guru akan terus meluas dari waktu ke waktu. Saat salah satu sahabat pergi untuk melanjutkan pendidikan, sahabat lain yang lebih muda datang. Bayangkan, berapa sahabat yang dimiliki seroang guru yang telah mengajar selama 40 tahun?

6. Update Pengetahuan

 Tidak ada guru yang tidak mencintai pengetahuan. Profesi guru menuntut seseorang harus lelau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi guru sejati, proses belajar berjalan terus menerus. Guru yang baik dapat memanfaatkan beragam sumber agak pengetahuannya selalu bertambah.

7. Selalu Muda

Bergaul dengan anak-anak membuat guru selalu bisa mengamati kegairahan kaum muda. Tiap hari guru milihat siswanya bermain, tertawa, juga menyaksikan kenakalan-kenakalan mereka. Ini bisa membuat guru bisa lebih awet muda.

8. Rantai Kebaikan

Selain keterampilan dan pengetauan, yang selalu diajarkan guru adalah nilai. Ya, nilai kebaikan. Nilai-nilai inilah yang menyublim dalam diri siswa menjadi prinsip hidup.

Jika nilai yang diajarkan guru terus diamalkan siswanya, guru selalu berjasa atas tiap kebaikan siswanya. Jika siswa kemudian menyiarkan kepada orang lain, nilai kebaikan akan terus memanjang seperti rantai yang tidak pernah putus. Subhanallah.

9. Guru adalah Pembelajar

Sebagai manusia, guru bukan sosok yang sempurna. Guru memiliki peluang melakukan kekeliruan. Tapi, karena salah satu tugasnya adalah mengajarkan kebaikan, guru selalu meningkatkan kualitas diri agar kebaikan yang diajarkannya tercermin dalam tingkah lakunya. Oleh karena itu, bagi guru, memperbaiki diri adalah keniscayaan. Mengajar adalah salah satu cara belajar terbaik.

10. Guru Memberi, Bukan Meminta

Ibarat mata air, yang guru lakukan saat menjalankan tugasnya adalah memberi. Ia senantiasa mengaliri, tanpa harus meminta. Bagi guru sejati, penghargaan terbesar tidak diperoleh “di sini”, melainkan “di sana” – kelak.

11. Panjang Umur

Banyak guru kita yang telah berpulang keharian Tuhan, tapi berkat kebaikannya, ada sejumlah guru yang senantiasa diingat. Betapa indah membayangkan ada siswa yang menyebut nama kita dalam setiap doa.

12. Menyalurkan Kreativitas

Lantaran berhadapan dengan manusia, guru harus selalu berinovasi untuk menemukan strategi pengajaran yang terbaik. Di sinilah guru ditantang terus menggali kreativitasnya. Kreasi inovatif terutama diperlukan dalam strategi penyampaian dan pengembangan media pembelajaran.

13. Paling Bahagia

Sebuah studi yang dirilis Universitas Chicago menyebutkan, salah satu profesi yang paling membahagiakan adalah guru. Guru disandingkan dengan misionrais, seniman, dan penulis sebagai salah satu profesi yang menjanjikan ketenteraman batin. “Profesi mulia ini adalah posisi ideal yang dibutuhkan seseorang yang ingin mendedikasikan diri demi masa depan generasi bangsa,” demikian disebutkan dalam laporan itu.

14. Sejahtera Meski Sederhana

Seorang eksekutif mungkin memerlukan penghasilan di atas 15 juta rupiah agar seluruh kebutuhannya terpenuhi. Itu pun tidak selalu membuatnya merasa sejahtera. Tapi bagi guru, penghasilan Rp3 juta sampai Rp5 juta sudah cukup. Indikator sejahtera bagi guru bukan apartemen, mobil mewah, atau perhiasan, tapi tercukupinya makanan, sandang, rumah, dan biaya pendidikan bagi anak-anak.

15. Siap Dilupakan

Saat memutuskan jadi guru, seseroang tidak berharap akan tampil di publik sebagai orang yang berjasa. Sebaliknya, guru senantiasa berada di belakang panggung. Guru selalu siap dilupakan jusru saat siswa telah suskses. Guru tidak berharap penghargaan meski siswanya telah jadi presiden. Dia akan tetap di ruang kelas dan terus melantunkan doa bagi siswa-siswanya.



Sumber : portalsemarang.com

No comments:

Post a Comment